Saya takjub manakala berbicara dengan beberapa sahabat. Hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan hidup saya. Permasalahan-permasalahan yang saya alami selama ini. Dan ketidak- mengertian saya perihal Islam dan Ikhlas. Semua tampak "baru" dalam kacamata pemikiran saya. Terlihat sangat "fresh" dalam realita yang sebenar-benarnya.
Ketika Al Qur'an dan Hadits dijadikan acuan yang shahih. Ketika antara muslim dan mukmin ternyata memiliki hakekat yang sangat berbeda. Dan ketika Islam saja masih belum cukup sebagai pengakuan jati-diri. Subhanallah........... alangkah beruntungnya saya mengenal mereka. Perluasan cakrawala pemikiran saya dan cara pandang saya bahkan - Alhamdulillah - telah mampu merubah sebagian kecil perilaku mubazir saya selama ini. Merubah sebagian kecil aura kehidupan saya.
Saya Ikhlas.
Ketika "pintu-pintu dunia" masih belum juga terbuka bagi saya. Ketika ayat-ayat (dalam konteks yang paling sederhana) menjadi pertanyaan di benak saya. Sewaktu kemorat-maritan rumah tangga belum juga reda dari terjangan badai kehidupan. Ujiankah? Peringatan? Atau.... bahkan justru hukuman dunia buat saya?
Saya tetap berusaha Ikhlas.
Satu hal yang saat ini saya yakini adalah...... Kemahaperkasaan Allah SWT. Saya lupa suratnya, saya tidak bisa membaca konteks aslinya. Tapi saya.... Insya Allah masih ingat bunyi tafsirnya, yang kalau tidak salah seperti ini: "Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya itu sangatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."
Jika sudah demikian, wajarkah jika saya mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab ke diri saya sendiri. Sudah sempurnakah sholat saya? Sudah sabarkah saya meyikapi takdir yang menimpa saya selama ini?
Saya Ikhlas.
Jika ini semua memang sudah menjadi kehendak-Nya, tidak ada lagi sebenarnya yang harus saya pertanyakan kecuali hanya dengan Ikhtiar dan do'a. Kecuali hanya dengan bergantung kepada-Nya. Apapun hasilnya!
Saya Ikhlas.
Ketika Al Qur'an dan Hadits dijadikan acuan yang shahih. Ketika antara muslim dan mukmin ternyata memiliki hakekat yang sangat berbeda. Dan ketika Islam saja masih belum cukup sebagai pengakuan jati-diri. Subhanallah........... alangkah beruntungnya saya mengenal mereka. Perluasan cakrawala pemikiran saya dan cara pandang saya bahkan - Alhamdulillah - telah mampu merubah sebagian kecil perilaku mubazir saya selama ini. Merubah sebagian kecil aura kehidupan saya.
Saya Ikhlas.
Ketika "pintu-pintu dunia" masih belum juga terbuka bagi saya. Ketika ayat-ayat (dalam konteks yang paling sederhana) menjadi pertanyaan di benak saya. Sewaktu kemorat-maritan rumah tangga belum juga reda dari terjangan badai kehidupan. Ujiankah? Peringatan? Atau.... bahkan justru hukuman dunia buat saya?
Saya tetap berusaha Ikhlas.
Satu hal yang saat ini saya yakini adalah...... Kemahaperkasaan Allah SWT. Saya lupa suratnya, saya tidak bisa membaca konteks aslinya. Tapi saya.... Insya Allah masih ingat bunyi tafsirnya, yang kalau tidak salah seperti ini: "Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya itu sangatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."
Jika sudah demikian, wajarkah jika saya mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab ke diri saya sendiri. Sudah sempurnakah sholat saya? Sudah sabarkah saya meyikapi takdir yang menimpa saya selama ini?
Saya Ikhlas.
Jika ini semua memang sudah menjadi kehendak-Nya, tidak ada lagi sebenarnya yang harus saya pertanyakan kecuali hanya dengan Ikhtiar dan do'a. Kecuali hanya dengan bergantung kepada-Nya. Apapun hasilnya!
Saya Ikhlas.